Sabda Nabi Muhammad sallallahu alaihi wassalam: "Apabila kamu sudah melihat bulan sabit (1 Ramadhan), maka berpuasalah. Apabila kamu sudah melihat bulan sabit (1 Syawwal), maka berbukalah (jangan berpuasa)."
Alhamdulillah, setelah sebulan kita bermujahadah di “Madrasah Ramadan” akhirnya tiba majlis penutupnya di bulan Syawal. Sunggu meriah bulan ini diraikan. Sahabat-handai, saudara-mara, rakan-taulan semuanya meriah dengan baju pebagai warna. Pelbagai fesyen dan gaya dikenakan. Ala-ala bollywood, Hollywood, malaywood dan macam-macam “wood” yang lainnya. Dari capal sampai sandal, kasut tak ada tumit sampai tumit 6 inci. Semuanya dengan gaya masing-masing. Yang bertudung, mula memilih-milih untuk ikut trend artis mana. Semuanya ikut trend idola masing-masing. Kadang-kadang kalah artis. Biasalah, raya sekali dalam setahun.
Suri rumah pula sibuk ganti perabot. Langsir baru, sofa baru, televisyen baru, alas meja baru. Semuanya serba baru. Macam pengantin nak masuk rumah lah.
Hidangan juadah pula tak kalah meriahnya. Dari masakan Timur sampai Barat semuanya ada. Tak kurang juga masakan tradisonal warisan turun temurun memeriahkan meja hidangan tiap rumah. Aduhai… sampai tak boleh bangun di buatnya. Semua makanan yang jarang di masak di masak pada hari itu. Ye lah, nak sambut “majlis penutup Madrasah Ramadan” lah katakan… dah sebulan tahan lapar dan dahaga, menjaga nafsu dan syahwat, akhirnya semuanya merdeka. Ops! Tak lupa syaitan pun merdeka di hari yang sama.
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Apabila tiba bulan Ramadan, maka dibukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu neraka dan setan-setan dibelenggu. (Sahih Muslim No.1793)
Ramadan Bulan Tarbiyah
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan mengerjakannya serta berlaku bodoh, maka tidak ada keperluan bagi Allah untuk meninggalkan makanan dan minumannya." Riwayat Bukhari dan Abu Dawud. Lafaznya menurut riwayat Abu Dawud.
Indahnya bulan Ramadan tak seperti bulan-bulan lainnya. Fadilat yang terkandung di dalamnya juga melebih bulan-bulan lainnya. Siapa yang sanggup membiarkan bulan mulia ini berlalu pergi? Hakikatnya, jika ia telah berlalu, belum tentu kita akan bertemu dengannya pada tahun hadapan. Bukankah hidup dan mati kita atas takdir Allah Subhanahu wataala?
Meskipun terdapat banyak ikhtilaf ulama mengenai fadhilat solat tarawih di bulan Ramadan, namun, perdebatan furuiyah ini sedikitpun tidak menimbulkan kesuraman dalam bulan ini. Dari yang kecil hingga yang dewasa, dari yang muda hingga yang tua, semuanya berlumba-lumba untuk beramal ibadah.
Begitu indah Allah mengatur alam ciptaanya. Takkala manusia haus mengejar oase duniawi selama 11 bulan, maka manusia dipertemukan dengan samudera Ramadan bagi menghilangkan dahaga yang tak pernah habis. Saat manusia berpenat lelah dengan dunia, maka Ramadan inilah peluang bagi mendekatkan diri kepada akhirat. Begitulah kata-kata para bijak pandai, ustaz ustazah dari dulu sampai sekarang.
Namun tidak sedikit yang menganggap bulan ini hanya sebagai “adat” semata-mata. Itulah budaya bangsa kita, penuh dengan adat dan budaya sehingga kadang-kadang kita hampir tidak dapat membezakan mana adat dan mana syariat.
Ramai muda-mudi ikut berpuasa di bulan tarbiyah ini tanpa memahami maksud yang tersirat di balik ibadah ini. Meskipun di bulan Ramadan, gejala pembuangan bayi masih bersepah dimana-mana, kelab malam dan Pub masih sepah dibuka. Jangankan penguasa, Pencipta pun dah tak digeruninya. Oh manusia…
Apakah maksud yang ingin disampaikan dibalik kemeriahan bulan tarbiyah ini sampai ke hati umat? Kenapa ceramah dan tazkirah yang disampaikan tidak sampai ke hati umat? Wahai Murobbi dan murobbiyah, tugas kita sangat berat. Inilah tugas sebenar para du’at, bukan hanya di bulan Ramadan tiba kita penuhi masjid dan surau, lalu kita biarkan bulan-bulan lain terdampar dengan sakit tenat.
Syawal Bulan Meriah
“Apalah ertinya syawal
Dalam gelak tawa ternyata ada yang terluka
Apalah ertinya syawal
Dalam senda gurau ada yang terhina
Oh syawal...
Bukan tidak ku pinta hadirmu
Namun beratnya hari-hari yang ku lalui setelah ini
Tidak semudah dan seindah tadabburku di malam-malam indah
Bersama doanya para malaikat di madrasah Ramadan”
Hadis riwayat Abu Hurairah radiyallahhu anhu berkata:
Ketika orang-orang Habasyah sedang bermain-main dengan tombak-tombak mereka di hadapan Rasulullah sallahu alaihi wassalam. Umar bin Khathab datang. Dia mengambil beberapa kerikil untuk melempari mereka, tetapi Rasulullah sallahu alaihi wassalam. mencegahnya: Hai Umar, biarkan mereka!. (Shahih Muslim No.1485)
Hadis di atas menunjukkan bahawa umat Islam sama sekali tidak di larang untuk bergembira dan bersuka ria di bulan Syawal, saat hari raya Aidilfitri tiba. Dalam sebuah lagi hadis yang diriwayatkan oleh Ummul mukminin Aisyah radiyallahuanhu, beliau berkata:
“Bapaku, Abu Bakar pernah datang ke rumahku ketika dua orang gadis Ansar berada di dekatku. Mereka saling berbalas syair yang dilantunkan orang-orang Ansar pada hari Bu'ats (hari peperangan antara kabilah Aus dan Khazraj). Aisyah berkata: Sebenarnya mereka berdua bukanlah penyanyi. Abu Bakar berkomentar: Apakah ada nyanyian setan di rumah Rasulullah saw. Hal itu terjadi pada hari raya. Lalu Rasulullah saw. bersabda: Hai Abu Bakar, sesungguhnya setiap kaum itu mempunyai hari raya dan ini adalah hari raya kita. (Shahih Muslim No.1479)
Begitulah Rasulullah sallahualaihi wassalam yang lemah lembut terhadap umatnya. Beliau tidak semana-mena menyalahkan umatnya, malah dalam beberapa hal baginda sangat bertoleransi dan bertolak ansur. Bagi menyambut kedatangan hari yang dinanti-nantikan, maka umat Islam dibenarkan untuk bergembira dan bersuka ria. Namun, masih dalam koridor dan batas yang di tetapkan syariat. Bukan dengan ikhtilat, atau konsert yang terkinja-kinja, namun cukup berhibur sekadarnya.
Genggam Roh Ramadan
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeza (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. (Al Baqarah: 185)
Sekalipun Ramadan telah berlalu, dan kita sebagai seorang Muslim yang meletakkan ketentuan hidup dan mati atas kehendak Allah tidak tahu bilakah kita akan bertemu dengan bulan yang mulia ini, roh dan semangat yang telah dibakar selama 1 bulan jangan kita biarkan padam tanpa nyala.
Sebagaimana kita dituntut untuk menjaga pandangan dan syahwat, menjaga amarah, menjaga lisan, menjauhi ghibah, mempereratkan tali silaturahmi, peduli dengan nasib sesama muslim dengan zakat dan sedekah maka, roh ini lah yang ingin kita genggam 11 bulan kehadapan.
Bagi para penuntut ilmu, puasa merupakan masa-masa indah bagi kita bermurojaah, menghafal dan mentelaah pelajaran. Dalam fakta saintifik ada menyatakan bahawa, perut dalam keadaan kenyang akan menyebabkan oksigen kurang sampai ke otak dan dapat menyebabkan kelambatan proses memahami pelajaran. Sedangkan, ketika berpuasa, dalam keadaan lapar, maka otak dapat berkosentrasi penuh terhadap apa yang kita pelajari dan apa yang kita tekuni.
Masih ingatkah kita akan kemenangan yang diraih oleh Rasulullah sallahu alaihi wassalam dan para sahabat baginda sewaktu perang Badar? Bagaiamana mereka dengan 300 sahabat mengalahkan 1000 musuh kafir musyrik?
Bulan Ramadan juga merupakan saat-saat dimana banyak pertolongan Allah datang dan doa-doa diijabah olehNya tanpa hijab. Maka, setelah kita memaksimumkan ibadah di bulan Ramadan, roh dan semangat yang masih menyala kita jaga 11 bulan kedepannya. Jagalah ini dengan doa dan memperbanyakkan amal kebaikkan kerana setiap muslim yang mengerjakan kebaikan maka akan dibalas oleh Allah subhanahu wataala walau sekecil zarah! Hayya Bina! Wallahu a’lam bisshowab.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan